Senin, 26 Oktober 2009

Aku dan si bungsu TK, Naufal

Banyak dari kita orang tua terlalu memaksakan kehendak terhadap anak. Padahal anak seharusnya menjadi dirinya sendiri. Dan kita, sebagai orang tua seharusnya menyadari hal ini sepenuhnya. Apa yang baik menurut kita, belum tentu baik untuk perkembangan mental dan intelektual mereka. Kita kadang selalu khawatir akan menjadi apa anak setelah besar nanti apabila masa kecilnya kurang terorganisir dalam pandangan masyarakat umum sebagai 'anak baik'. Tetapi coba kita melihat dengan agak berani dari sisi pandang lain. Misalnya, kita terapkan kebebasan memilih kepada mereka.

Kemarin, Naufal si murid TK, anak saya bungsu - laki-laki, memilih tidak pergi sekolah. Sesaat pola 'anak baik' terbersit dalam fikiran ini dan seperti kebanyakan orang tua, saya berusaha meyakinkan dia untuk pergi sekolah. Anak ini tetap bersikeras tak ingin pergi sekolah. Padahal ini hari Senin dan dia telah memulai harinya dengan baik. Bangun pagi, shalat, mandi, makan, dan telah berpakaian rapi. Tak diduga, ternyata ada yang sedang mengganjal di hatinya. Satu ungkapan implisit muncul. "Teman Naufal sering mengganggu di sekolah", katanya. Saya berusaha tenang dan langsung menyelami perasaan dan fikirannya. Memposisikan diri menjadi perasaan dan fikirannya saat iti. Lalu saya tanya, "Apa yang sedang kamu rasakan Nak?". Pertanyaan ini tidak lantas diresponsnya dengan baik. Naufal malah mengungkapkan kekesalan-kekesalan lainnya. Kondisi ini malah makin menantang saya untuk mengetahui jauh lebih banyak lagi. Apakah sebenarnya yang selama ini dia pendam dalam fikiran dan perasaannya?. Saya coba dengan pernyataan lain, "Sekarang keluarkan semua kekesalanmu, ayah sedang mendengarkanmu". Dan benar!. Ia mengungkapkan semua isi hatinya dan memprotes banyak hal. Satu diantaranya tentang keinginannya untuk selalu datang paling pagi diantara teman-temannya yang lain. "Aku tak mau jadi yang kedua, sekarang pasti Iqbal yang sudah ada di sekolah", ungkapnya. Saya langsung menangkap peluang emas ini. Ternyata anak ini memiliki mental juara....

Jam di dinding masih menunjukkan angka 6.30, saat kemarin Naufalku memutuskan dengan tegas untuk tidak ingin pergi sekolah. Padahal, jam masuk sekolah 7.30. Saya memahami dan bahkan menghargai keputusannya. Ini karena ungkapan motivasi juaranya yang tinggi. "Baiklah, ayah tidak akan memintamu pergi sekolah hari ini, tetapi apa yang ingin kamu lakukan besok agar datang paling pagi?", tanyaku kepada Naufal. "Pokoknya Naufal pengen diantar ayah lebih pagi dan nggak mau dianter setelah kak Nisa", ungkapnya. Oh... ternyata anak ini bersungguh-sungguh tentang mewujudkan keinginannya. "Baiklah, besok ayah akan mengantarmu lebih pagi dari sekarang, lalu apa yang akan kamu lakukan di sekolah saat bu guru belum datang?," tanyaku. "Naufal mau menunggu saja di sekolah sambil bermain di taman depan sekolah", dia menjawab.

Hari masih shubuh, ketika keesokan harinya Naufal menanyakan jam berapa sekarang. "Masih jam 5.00 pagi Naufal, memangnya ada apa?", tanyaku heran. "Naufal mau shalat dan mandi lalu sarapan. Ayah kemarin sudah janji mau nganter Naufal lebih pagi kan?", ungkapnya bersemangat. Ah...anak ini ternyata begitu kuat menyimpan gambaran mentalnya untuk menjadi juara yang datang di sekolahnya.

Inilah cuplikan kecil antara kita orang tua dan anak kita. Ternyata sangat menyengangkan bermain 'petak umpet' bersama anak kita. Syaratnya, jangan jadikan jadwal kita sebagai jadwal mereka. Apa yang kita anggap baik belum tentu baik untuk perkembangan mental dan intelektualnya. Jika dibalik ke hari kemarin, apa yang akan terjadi dengan Naufal bil ia selalu dalam keadaan tertekan? Bagaimana ia dapat mengungkapkan keinginan juaranya, jika kemarin ia dipaksa untuk pergi sekolah tanpa diberikan kesempatan berekspresi tentang fikiran dan perasaannya? Alhamdulillah, sungguh ini tak akan pernah terjadi tanpa bimbinganMu Yaa Allah... Jadikanlah Naufal menjadi anak yang shaleh dan cerdas sehingga ia mudah mewujudkan setiap keinginan berbuat baiknya....Amiin...

Bagi siapapun yang membaca tulisan ini, saya mengharapkan masukannya berupa saran atau pendapat akan episode ayah - anak ini. Saya akan sangat berterima kasih atas waktu yang disediakan untuk memberikan masukan dan saran pada tulisan ini...

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Berlangganan Postingan [Atom]